Oleh: Siti Aisyah

Prodi S1 Rekayasa/Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Jember melakukan kegiatan Kuliah Tamu di Auditorium Fakultas Teknik Universitas jember. Kegiatan Kuliah Tamu ini menghadirkan 2 pemateri yang bergerak di bidang pengembangan biomassa namun berbeda konsentrasi keilmuannya. Pemateri pertama adalah Bapak Stanley Wonoredjo, S.T. dari bidang proses produksi di PT Sasa Inti Gending Probolinggo. Pemateri kedua adalah Dr. Ir. Edia Rahayuningsih, M.S. yang merupakan dosen Departemen Teknik Kimia Universitas Gajah Mada. Kegiatan Kuliah Tamu dilakukan pada tanggal  10 Oktober 2019. Peserta kegiatan Kuliah Tamu ini adalah seluruh mahasiswa Teknik Kimia angkatan 2017, 2018, dan 2019 serta para dosen.

Bapak Stanley Wonoredjo, S.T. menjelaskan bahwa PT Sasa Inti Gending merupakan perusahaan makanan Indonesia yang memproduksi MSG, tepung bumbu, santan, bumbu instan, kaldu penyedap dan lain-lain. Produk utama dari PT Sasa adalah MSG.  MSG merupakan penyedap rasa yang terbuat dari tetes tebu. MSG mengandung asam glutamat 78%, natrium 12%, dan air 10%. MSG memiliki rasa umami. Bapak Stanley Wonoredjo, S.T. menjelaskan dengan jelas proses pembuatan MSG, mulai dari sumber bahannya, flow diagram dan penanganan limbah yang merupakan sisa dari proses produksi. Limbah dari hasil produksi pada PT Sasa didaur ulang menjadi pupuk cair.  Setelah pemaparan materi kemudian dilakukan tanya jawab yang dibuka selama 2 sesi, dengan masing-masing sesi sebanyak 3 pertanyaan. Selama pemaparan materi ada beberapa istilah yang dipelajari oleh mahasiswa Teknik Kimia, kemudian istilah tersebut menjadi kuis dan mahasiswa yang bisa menjawab diberi bingkisan yang telah disiapkan oleh PT Sasa Inti Gending.

Pemateri kedua, Dr. Ir. Edia Rahayuningsih, M.S. menjelaskan tentang pemanfaatan biomasa dalam zat warna alami yang digunakan dalam pembuatan batik. Zat warna yang diteliti oleh Dr. Ir. Edia Rahayuningsih, M.S. dipatenkan dan diaktualisasikan di sanggar batik desa binaan UGM.  Batik merupakan karya hasil dari budaya Indonesia. Budaya batik merupakan identitas bangsa. Pewarna batik yang umum saat ini merupakan pewarna sintetis, padahal Indonesia memiliki banyak bahan yang dapat dijadikan zat warna untuk batik. Selain itu, bahan yang ada di negara kita sendiri merupakan bahan alami, tentunya jika kita menggunakan pewarna alami akan lebih ramah lingkungan. Dr. Ir. Edia Rahayuningsih, M.S. juga menekankan bahwasanya warna alami bukanlah warna yang buluk dan ketinggalan tren, akan tetapi warna alami merupakan warna yang cantik dan kalem. Hal yang menjadi dasar dari opini beliau ini adalah warna alami merupakan warna yang menjadi ciri khas dan menjadi cerminan dari kepribadian bangsa Indonesia yang ramah tamah. Kemudian setelah penyampaian di buka sesi tanya jawab. Acara ditutup dengan penyerahan vandel kepada kedua pemateri dan foto bersama.